Wednesday, November 13, 2013

Kita Bisa Saja Tidak Peduli, Tapi....

Sumber Gambar: kisahcikmaz.blogspot.com

Seorang ibu bercerita sambil menahan tangis. Sebut saja Adi, anaknya yang ke-dua terjaring razia di sekolah. Adi ketahuan menyimpan majalah porno. Ternyata masalahnya tidak berhenti sampai di sana. Sang anak dilaporkan telah melakukan pelecehan pada beberapa orang anak perempuan. Anak 15 tahun itu sudah kecanduan konten porno.

Kabar ini menjadi tamparan yang sangat keras bagi kedua orang tua Adi. Bagaimana tidak, mereka telah mendidik anak-anaknya sesuai dengan tuntunan nabi sejak si anak dalam rahim sang ibu. Setelah menginjak usia sekolah, anak-anak itu disekolahkan di sekolah yang berbasis Islam. Namun ternyata magnet pergaulan begitu kuat menarik Adi ke dalam pusarannya. Ia goyah dalam pendiriannya.

Kejadian di atas hanya satu dari sekian kisah yang terjadi di negeri yang katanya religius ini. Banyak anak-anak yang menjadi korban pergaulan yang salah. Padahal mereka berasal dari keluarga baik-baik: diberi pendidikan yang baik di rumah dan disekolahkan di tempat yang baik. Tapi apa mau dikata, lingkungan tempat kita hidup juga memberi warna pada anak-anak.

Dalam Lima belas tahun terakhir, dunia berubah sangat banyak. Ada perubahan yang positif, ada juga yang negatif. Perubahan yang sangat pesat adalah dalam bidang teknologi. Termasuk di dalamnya kemajuan teknologi komunikasi.

Namun kemajuan teknologi komunikasi bak dua sisi uang koin yang memuat dua hal berlainan. Sisi manfaat dan kerusakan. Manfaatnya tak harus dirunut karena sudah jelas adanya. Namun daya perusaknya bersifat halus. Hampir tak terlihat. Tahu-tahu, sebuah kerusakan besar telah menganga di depan mata karena dampak negatifnya.

Televisi adalah kemajuan teknologi yang bisa dinikmati oleh hampir semua golongan masyarakat. Si kaya dan si miskin sama-sama dapat mengakses informasi dari kotak ajaib ini. Sekali lagi, televisi juga memberi dampak positif dan negatif. Melalui layar televisi disebarlah gaya hidup yang Katanya modern: mulai dari perkenalan minuman keras, clubbing, gaya hidup mewah sampai pergaulan bebas.


Dulu, masyarakat umum memandang pergi ke diskotik untuk berjoget dan menenggak minuman keras adalah perbuatan yang melanggar batas norma. Pada hari ini clubbing menjadi gaya hidup. Dulu, hamil di luar nikah adalah hal tabu yang memalukan (bicara soal dosa, tidak semua orang menganggap perbuatan zina itu sebagai dosa). Namun sekarang, hal tersebut menjadi wajar adanya karena begitu banyak orang yang melakoninya. Dulu, yang dikabarkan korupsi hanya orang-orang dalam lingkaran kekuasaan. Sekarang, level lurah bahkan RT sekalipun ada yang melakukan praktek haram tersebut.

Kita bisa saja menutup mata dan tidak peduli melihat fenomena yang ada dalam masyarakat. Kita mungkin bisa memilih untuk menjaga keluarga kita tanpa harus repot-repot memikirkan segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kita. Tapi, bila semua orang hanya memikirkan diri dan keluarganya saja, akan dibawa ke mana masa depan negeri ini?

Kekacauan yang terjadi hari ini adalah hasil dari keacuhan kita dan para pendahulu kita. Di mana sangat sedikit orang yang mau bersusah payah memikirkan pergaulan tetangganya, kondisi lingkungannya, atau mengamati tingkah laku para pemimpin. Setiap orang hanya peduli terhadap kehidupannya masing-masing. Ketika menginjak usia sekolah, sibuk dengan setumpuk PR dan ulangan. Ketika lulus dari bangku sekolah atau kuliah, disibukkan oleh mencari pekerjaan. Setelah bekerja, kerepotan dengan seabreg tugas. Dan kesibukan bertambah ketika telah menikah, apalagi setelah mempunyai anak.

Oleh karena itu, sebelum terjadi kerusakan yang lebih dahsyat lagi, marilah kita meningkatkan kepedulian terhadap keadaan sekitar kita dan memulai langkah nyata menuju perubahan dimulai dari diri kita, keluarga, lalu lingkungan.


No comments:

Post a Comment